Kembali

Sejarah dan Asal-usul Orang Nias, dari Leluhur hingga Usulan Pembentukan Provinsi Kepulauan Nias

24/02/2022

Nias merupakan sebutan untuk pulau, kepulauan, sekaligus kelompok etnik yang mendiaminya. Pulau Nias berada di sebelah barat Pulau Sumatera, yang secara administratif merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Utara. Penduduk asli Nias atau yang disebut Suku Nias merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Masyarakat suku Nias hidup dalam budaya megalitik yang dibuktikan dengan banyaknya batu-batu besar di wilayah pedalaman Pulau Nias.

Berbicara tentang asal-usul Suku Nias, maka akan ada beberapa versi yang berkembang di masyarakat sana. Secara mitologi, leluhur Nias banyak didasarkan pada cerita lisan Nias atau yang disebut dengan hoho. Hoho adalah cerita lisan yang berkembang di masyarakat Nias yang diwariskan secara turun-temurun sehingga menyerupai mitos. Salah satu versi hoho yang berkembang menyebutkan manusia pertama yang tinggal di Nias disebut sowanua atau ono mbela.

Ono mbela ini merupakan keturunan penguasa kayangan bernama Ibu Sirici, yang jumlah anaknya ada enam orang. Suatu hari Ibu Sirici memerintahkan anak-anaknya untuk turun ke bumi menggunakan liana lagara, atau sejenis tumbuhan merambat. Saat proses turun itu, enam anak Ibu Sirici terbelah jadi dua. Sebagian memilih tetap di atas pohon, sebagian lagi jatuh ke bumi karena liana lagara yang rapuh. Keturunan Ibu Sirici yang tetap di atas pohon ini yang disebut Ono mbela atau manusia pohon, yang dicirikan berkulit putih dan berparas cantik. Sedangkan mereka yang jatuh ke bumi memilih untuk tinggal di gua-gua. Mereka tidak disebut Ono mbela, namun disebut Nadaoya atau manusia gua.

Jika Ono mbela bercirikan cantik dan putih, maka Nadaoya disebut memiliki kepala dan tubuh yang lebih besar, dengan warna kulit lebih gelap. Hoho tentang asal-usul Orang Nias ini didukung dengan penemuan artefak di gua-gua di Nias yang menujukkan adanya kehidupan manusia di masa lalu. Benda-benda prasejarah itu antara lain alat-alat tulang, batu serpih, batu pukul, hingga pipihan. Selain itu juga ditemukan sisa vertebrata yang terdiri dari ikan, ular, kura-kura, dan cangkang moluska.

Hingga saat ini belum diketahui kapan wilayah Nias mulai dihuni manusia. Dalam suatu penelitian arkeologi disebutkan bahwa Pulau nias sudah dihuni sejak 12.000 tahun yang lalu oleh imigran dari Asia. Namun demikian, penelitian lain menyebutkan kelompok etnis Nias atau yang menamakan diri Ono niha (anak manusia), sudah menetap di wilayah tersebut 700 tahun lalu. Catatan tentang Nias dapat ditemukan dari tulisan tahun 150 Masehi, saat menyebutkan Pulau-pulau Barus, dengan Nias sebagai pulau terbesar.

Memasuki abad ke-7 Masehi, pulau di barat Sumatera, termasuk Nias, sudah dikenal oleh pedagang asing baik dari Tiongkok amaupun Arab. Adapun penulisan spesifik tentang Nias berasal dari seorang pedagang Persia bernama Sulayman yang berkunjung ke Nias pada tahun 851. Dalam perjalanannya, Nias banyak berinteraksi dengan peradaban luas, seperti dari Tiongkok hingga Aceh.

Diketahui, pada abad ke-15, Kesultanan Aceh menguasai wilayah Nias sehingga terjadi akulturasi budaya di sana. Keberadaan Nias juga diperhitungkan oleh VOC. Terbukti, pada tahun 1688 VOC menjalin kontrak dagang dengan suku-suku di Nias. VOC bahkan mendirikan perwakilan dagangnya di Nias, tepatnya di Gunungsitoli. Di sana juga dibangun pelabuhan dan bangunan berfungsi gudang.

Pulau Nias merupakan terbesar di antara gugusan pulau di barat Sumatera dan telah memiliki pemerintahan sendiri di bawah Provinsi Sumatera Utara. Di Pulau Nias terdapat lima daerah administrasi, yaitu satu pemerintahan kota dan empat kabupaten. Lima daerah administrasi itu adalah Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, dan Kabupaten Nias Barat.

Sejak beberapa tahun, wilayah Kepulauan Nias ini mengusulkan diri untuk menjadi pemerintahan provinsi yang berdiri sendiri. Proses pembentukan provinsi baru itu sudah sampai pada penetapan daerah otonomi baru (DOB) Provinsi Kepulauan Nias pada tahun 2014. Namun, proses penetapan tersebut terjadi di masa peralihan pemerintahan dari Presiden SBY ke Presiden Joko Widodo. Sehingga pemerintahan Presiden Jokowi saat itu memutuskan untuk menunda pengesahan pembentukan Provinsi Kepulauan Nias.

logo-explorenias